RESENSI NOVEL

Nama: Aulia Nur Azizah

Kelas: XI IIS 1



 IDENTITAS BUKU

Judul Buku: Siwa: Sumpah Bayuputra (Trilogi Siwa #3) 

Nama Pengarang: Amish Tripathi

Tahun Terbit: 2017

Penerbit: Javanica

Jumlah Halaman: 610 halaman

ISBN: 978-602-6799-32-6

Sinopsis: Perjalanan Siwa melacak sumber kejahatan di muka bumi mengantarkannya ke Pancawati, negeri kaum Naga. Pada akhirnya, kejahatan tersingkap di hadapannya. Bersama Sati, istrinya, ia segera menggalang kekuatan untuk melancarkan perang suci melawan musuh utamanya, seorang dalang mahasakti yang mengendalikan raja-raja besar dari balik layar.


Rangkaian perang brutal segera menyapu seluruh penjuru Bharatawarsa. Kemenangan dan kekalahan dialami Siwa dan pasukannya. Akan tetapi, kekuatan kejahatan justru semakin kuat dari waktu ke waktu. Tatkala menghadapi jalan buntu, Siwa berlayar ke barat, menuju negeri tersembunyi yang dihuni sebuah marga bernama Bayuputra, demi mendapatkan pusaka yang diharapkan mampu mengakhiri perang berkepanjangan.


Apakah Siwa berhasil menjalankan misinya? Bagaimanakah kelanjutan perang dan akibatnya bagi Bharatawarsa dan dunia? Dan seperti apakah akhir perjalanan Siwa? Novel pamungkas dari Trilogi Siwa ini akan mengungkap misteri tentang Batara Siwa, yang telah digariskan menjadi penerus Batara Rudra sebagai Mahadewa penghancur kejahatan!


RESENSI

Buku berjudul Siwa: Sumpah Bayuputra ini merupakan buku terakhir dalam seri trilogi Siwa yang ditulis oleh Amish Tripathi, seorang penulis mengagumkan dari india. Di Indonesia, buku ini diterjemahkan dan dicetak pertama kali pada bulan November tahun 2017, oleh penerbit Javanica. Buku ini terdiri dari 610 halaman, jumlah halaman yang lebih banyak daripada buku trilogi Siwa seri 1 dan 2. 


Novel ini merupakan jilid terakhir dari trilogi Siwa. Novel ini menceritakan kisah paripurna dari perjalanan Siwa, Sang Mahadewa dalam menemukan arti kejahatan yang sebenarnya. 


Dalam novel ini disebutkan jika makna kejahatan yang Siwa cari, ternyata bukanlah sesuatu yang dianggap 'Jahat' oleh seluruh orang di Bharatawarsha (India Kuno) pada saat itu, yakni Kaum Naga. Melainkan "kejahatan adalah salah satu sisi dari sekeping koin, dimana sisi lain dari koin itu adalah kebaikan." Siwa lalu menyadari jika kebaikan terbesar saat itu di Bharatawarsha adalah obat suci yang diberi nama Somras, jadi kejahatan terbesar yang harus Siwa musnahkan dari Bharatawarsha saat itu adalah Somras itu sendiri. 


Adegan puncak yang terjadi pada karya Amish ini yaitu perang antara kubu Siwa dan kubu Maharesi Brighu, tokoh antagonis dalam novel ini. Disebut Perang Suci karena tujuannya memusnahkan penggunaan obat suci yang diberi nama Somras. 


Bahkan dalam buku ini dijelaskan penggunaan senjata pemusnah masal seperti nuklir di masa lalu, senjata ini disebut Daiwi Astra dan Pasupatiastra. Senjata Pasupatiastra didapatkan Siwa setelah Marga Bayuputra mengakui Siwa sebagai penerus Batara Rudra dan bersumpah setia padanya. Siwa menggunakan Pasupatiastra untuk mengalahkan kubu Maharesi Brighu dalam perang pemusnahan Somras. 


Novel ini memiliki cover sederhana tapi menarik sekali, memperlihatkan Siwa sang Mahadewa sedang dalam posisi yang benar-benar mempresentasikan judul dan isi novel ini. Alur novel ini juga sangat menarik dan membuat penasaran yang besar hingga akhir. Amish mampu merekonstruksi keadaan di Bharatawarsha dan menyajikannya dengan sangat baik dalam novel ini. Amish juga membuat novel ini unik dengan menyajikan kisah yang menonjolkan sisi manusiawi Sang Mahadewa, tidak seperti sastra lain yang lebih menonjolkan sisi dewata seorang dewa-dewi. 


Amish juga memberikan pesan moral mendalam. Dia mengajarkan melalui novel ini jika terkadang kejahatan bukanlah sesuatu yang dianggap jahat oleh kebanyakan orang, melainkan sebuah hasil atau akibat dari sesuatu yang dianggap baik. "Kejahatan dan Kebaikan merupakan dua sisi yang berbeda dari sekeping koin, kita tidak tau kapan sekeping koin itu terbalik dan merubah kebaikan menjadi kejahatan."


Meski novel ini sangat menarik, hanya saja novel ini menggunakan nama karakter yang susah diingat karena menggunakan nama india kuno yang jelas tidak familiar bagi kebanyakan pembaca Indonesia. Hal itu membuat satu-satunya kekurangan yang kita hadapi sebagai pembaca dari Indonesia. 


Sejauh ini saya benar-benar merekomendasikan novel Siwa: Sumpah Bayuputra ini karena novel karya Amish ini memiliki banyak keunggulan dan pesan moral mendalam yang membuatnya layak untuk dibaca dan diketahui oleh banyak orang di dunia ini. Terutama oleh penggemar sejarah, kisah mitologis dan karya sastra bercorak Hinduisme.

Komentar

Postingan Populer