CERPEN

 Belajar menjadi dewasa

Oleh: Aura Nur Wulandari E. F. 

Aku dulu berpikir bahwa rumah yang retak dan penuh dengan pertengkaran hanya terdapat dalam cerita-cerita drama. Namun, kenyataannya, aku tinggal dalam sebuah “broken home” yang nyata.


Semua dimulai ketika ayahku meninggalkan kami tanpa kata perpisahan yang jelas. Ibuku terpukul dan merasa terabaikan. Tak lama kemudian, dia juga memutuskan untuk pergi meninggalkan aku dan adikku sendirian.


Aku masih ingat betapa menakutkannya saat pertama kali kami ditinggalkan. Adikku menangis sepanjang malam, memanggil-manggil nama ibu yang tak kunjung kembali. Aku, yang selalu dianggap sebagai salah satu anak yang paling kuat oleh teman-teman di sekolah, tidak tahu harus berbuat apa.


Kehidupan kami menjadi sangat berbeda sejak saat itu. Rumah yang dulu penuh dengan tawa dan canda, kini menjadi dingin dan sunyi. Aku mencoba yang terbaik untuk menjalani peran sebagai kakak dan orangtua bagi adikku, namun ternyata tidak semudah yang aku bayangkan.


Pertengkaran sering terjadi di antara kami karena tekanan dan ketegangan yang terus meningkat. Tidak ada lagi yang bisa menghibur kami saat sedih atau mengajarkan kami hal-hal baru. Kami hanya bisa mengandalkan satu sama lain, dan itu sangat berat bagi kami yang sebenarnya masih berusia muda.


Aku pun menjadi sangat tertekan dan seringkali menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Apakah aku tidak cukup baik sehingga ayah dan ibu meninggalkan kami? Apakah aku tidak cukup kuat untuk menjaga keluarga kami tetap utuh?


Hingga suatu hari, aku bertemu dengan seorang teman baru. Dia adalah anak dari keluarga yang harmonis dan selalu tersenyum bahagia. Saat aku bercerita tentang kehidupan keluargaku, dia hanya mengatakan satu hal yang membuatku tersentuh, “Kamu tidak dapat mengontrol orang lain, tapi kamu dapat mengontrol dirimu sendiri.”


Kata-kata itu seperti terpahat di hatiku. Aku menyadari bahwa aku tidak perlu menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Aku hanya dapat mengontrol diriku sendiri, dan aku harus berusaha menjadi lebih baik setiap hari.


Setelah itu, aku berusaha menjadi lebih pintar dan lebih peduli terhadap adikku. Kami mulai berkomunikasi dengan lebih baik dan mencari cara untuk menyenangkan satu sama lain. Kami juga memutuskan untuk menjaga hubungan baik dengan ayah dan ibu, meskipun mereka tidak lagi bersama.


Kini, meskipun kami tinggal terpisah, kami masih saling menghubungi dan bertukar kabar. Kami berdua belajar untuk menerima keadaan dan menghargai apa yang kami miliki.


Mungkin rumah kami masih tetap retak dan tidak sempurna, namun kita tidak selalu dapat memperbaikinya. Yang terpenting, kita dapat belajar untuk menerimanya dan tetap bahagia dengan apa yang kita miliki. Karena pada akhirnya, keluarga adalah tempat di mana cinta dan kasih sayang selalu ada, meskipun dalam keadaan “broken home”.

Komentar

  1. Tugas yang dikerjakan sudah cukup baik dan bisa dikembangkan lagi. Tetap semangat menulis!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer