CERPEN

 Nama : Syirfa Amelia Wafirly


Perbaiki Diri Bersama

Aku merapikan bukuku saat mendengar bel pulang sekolah. Aku bangkit dari bangkuku dan hendak pulang sebelum Shei menghentikanku. “Kayena, pulang bareng yuk?” ajak Shei. Aku mengangguk dan kami berjalan meninggalkan kelas. Suasana diantara kami sedikit canggung karena pertikaian yang terjadi antara aku dan Anna.

Sudah seminggu perang dingin terjadi antara aku dan Anna. “Kayena, mau sampai kapan kamu ga bertegur sapa sama Anna?” tanya Shei padaku mencoba menghentikan perang dingin yang tak kunjung berakhir ini. “Entahlah.” Shei menghela napas. Ia tidak suka melihatku dan Anna selalu berdiam diri dan tidak mencoba berkomunikasi untuk memecahkan masalah. “Kamu tau kan diam tidak akan menyelesaikan masalah?” Shei selalu mencoba mendamaikanku dan Anna. “Iya, aku tau, tapi aku merasa dia melewati batas kemarin,” Shei menatapku dengan tatapan frustasi, berulang kali dia mencoba membuat kami berdamai tapi tak kunjung berhasil. Kami berdua terus melangkah pulang dengan suasana yang canggung. Beribu topik kami bahas untuk mencairkan suasan hingga akhirnya kami berpisah dipersimpangan.

Sebenarnya hatiku gelisah memikirkan ini. Aku selalu meyakini bahwa diam saat terjadi masalah bukanlah hal yang baik, apalagi hubungan kami sangat dekat, sudah seharusnya aku bersikap lebih bijak. Aku dan Anna saling mengenal dan mendengarkan cerita satu sama lain semenjak 4 tahun yang lalu dan itu bukanlah waktu yang singkat. Pertikaian ini terjadi karena hubungan kami memang toxic. Candaan kasar yang membuat diri merasa rendah sudah bukan hal yang tabu diantara kami bertiga. Sangat sepele, namun berdampak buruk dan tidak memberikan keuntungan apapun bagi diri sendiri. Memangnya dimana letak lucu dari membercandakan fisik dan orang tua? Aku hanya tersenyum tiap kali mereka membuat lelucon itu. Candaan mereka itu membuatku menaikkan standar diriku agar sesuai dengan ekspektasi mereka dan membuatku lupa seperti apa diriku yang sebenarnya.

Kini sudah hampir dua minggu dan perang dingin ini masih berlanjut. Shei merasa frustasi dan bingung harus melakukan apa agar masalah ini berakhir. Melihat tidak adanya perkembangan yang baik dalam masalah ini, Shei pun mengajakku dan Anna untuk menyelesaikan masalah ini dengan menyampaikan pikiran masing-masing. “Nah, aku ingin kalian bertukar pikiran sekarang,” ucap Shei. Aku tanpa ragu berkata, “Aku merasa ga nyaman tiap kali kalian membuat lelucon kasar.” Anna dengan ketus menjawab, “Ini kan bukan satu dua kali kita bercanda hal seperti itu, kenapa baru sekarang kau merasa tersinggung?” “Memangnya dari dulu aku terlihat menikmati lelucon kalian?” aku menaikkan nada bicaraku. Suasana menjadi tegang.

Shei lalu mencoba meredakan suasana yang dingin ini, “Jangan terbawa emosi dulu…” Shei tampak kewalahan menanggapi pertengkaran kami. “Anna, Kayena merasa leluconmu kemarin melewati batas, dan leluconmu membuatnya tersinggung. Aku tau kita memang sudah terbiasa membuat lelucon seperti itu, tapi mau dipikirkan bagaimanapun hal itu tidak dibenarkan. Setiap ucapan kita pasti akan diminta pertanggung jawaban entah sesepele apa itu. Karena itu aku ingin kita semua merubah diri menjadi lebih baik, saling mengingatkan apabila kita melakukan kesalahan dan berhenti membuat lelucon kasar seperti biasanya. Apa kalian mau berbaikan sekarang dan merubah diri kita masing-masing?” tanya Shei sembari menatap kami berdua berharap kami setuju dan berbaikan.

Kami berdua terdiam mencoba mengalahkan ego masing-masing. Aku tau tidak seharusnya aku bersikap keras kepala seperti ini. “Baiklah.. aku ga masalah kalau kita mencoba berubah,” ucapku yang membuat Shei tersenyum cerah. Kini ia menatap Anna menanti jawabannya. Anna pun tidak punya pilihan lain selain menurut saat melihat tatapan berharap Shei. Shei senang dan berkata, “Bagus, sekarang coba berjabat tangan.” Aku menjabat tangan Anna sedikit canggung, tapi aku bertekad untuk tidak menyimpan dendam lagi.

Hari-hari kami jalani bersama kembali. Shei mencoba mencairkan suasana canggung saat kami baru berbaikan, kini kami kembali bertiga dan merubah diri masing-masing menjadi lebih baik. Kami tidak lagi membuat lelucon kasar yang dapat menyinggung perasaan satu sama lain. Hubungan kami menjadi lebih dekat dan tidak terjadi pertikaian lagi. Aku berharap semoga hubungan kami tetap baik hingga seterusnya.

Komentar

  1. Tugas yang dikerjakan sudah cukup baik dan bisa dikembangkan lagi. Tetap semangat menulis!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer